Jumat, 25 September 2009

Syawalan

Syawalan merupakan perayaan ketujuh hari setelah idul fitri.Tradisi syawalan, kata Umar Kayam (1997), merupakan kreatifitas akulturasi budaya Jawa dan Islam. Ketika Islam hendak bersinggungan dengan budaya Jawa, timbul ketegangan-ketegangan yang muaranya menimbulkan disharmoni. Melihat fenomena itu, para ulama Jawa lantas menciptakan akulturasi-akulturasi budaya, yang memungkinkan agama baru itu diterima oleh masya-rakat Jawa. Singkatnya, para ulama di Jawa dahulu dengan segenap kearifannya, mampu memadukan kedua budaya yang bertolak belakang, demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, syawalan memiliki arti “acara maaf-memaafkan” pada hari Lebaran. Sementara, istilah halal bihalal merupakan kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata bahasa Arab halal (baik atau diperbolehkan) yang diapit satu kata peng-hubung ba (Quraish Shihab, 1992).

Menurut Ibnu Djarir (2007), tradisi syawalan dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan biaya, maka setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit, dengan tertib dan teratur melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.

Perkembangan zaman syawalan saat ini sudah dikemas untuk wisata religius dan wisata modern. Seperti di daerah Kaliwungu Kabupaten Kendal, syawalan dirayakan dengan tujuan utama berziarah pada sejumlah makam tokoh penyebar agama Islam Seperti
Di Kendal yang dikunjungi
* Makam Mbah Gembyang di Kelurahan Patukangan
* Makan Kyai Kendil Wesi di Kelurahan Kalibuntu
* Makan Wali Joko dan Wali Hadi di Masjid Agung Kendal
Di Kaliwungu di desa Protomulyo
* Makam Kiai Guru atau Kyai Asy’ari
* Sunan Katong
* Kyai Mustofa
* Wali Musyafa’
Selai berziarah sejumlah pengunjung datang ke tempat itu hanya sekedar untuk berbelanja pakaian ataupun mencari hiburan.

Lain lagi di Solo Jawa Tengah masyarakat disana banyak berkunjung ke Pekan Syawalan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) hingga mencapai 15.000 orang pada hari ketiga penyelenggaraan acara tersebut (ANTARA News.

Juga ada yang mengadakan syawalan dengan acara seminar, reuni antara teman-teman sekolah dulu atau kegiatan lainnya, inti dari itu semuanya adalah sebuah perwujudan tradisi lokal yang memaknai sebuah arti setelah idul fitri.

Sumber:
Dari berbagi sumber

1 komentar: